Nama : Teni Karlina
Kelas : 3PA11
NPM :17511072
1.
Konsep Dasar Pandangan Analisis Transaksional
Tentang Kepribadian
Pendekatan
ini dikembangkan oleh Eric Berne, berlandaskan teori kepribadian yang berkenaan
dengan analisis struktural dan transaksional. Teori ini menyajikan suatu
kerangka bagi analisis terhadap tiga kedudukan ego yang terpisah, yaitu: orang
tua, orang dewasa dan anak. Teori Berne, menggunakan beberapa kata utama dan
menyajikan suatu kerangka yang bisa dimengerti dan dipelajari dengan mudah.
Kata-kata utamanya adalah orang tua, orang dewasa, anak, putusan, putusan
ulang, permainan, skenario, pemerasan, dicampuri, pengabdian dan ciri khas.
Transaksional
analisis adalah suatu proses transaksi atau perjanjian yang mana melalui
perjanjian inilah proses terapi akan dikembangkan sendiri oleh klien hingga
proses pengambilan keputusan pun diambil sendiri oleh klien. Eric Berne pioner
yang menerapkan transaksional analisa dalam psikoterapi. Dalam terapi ini
hubungan konselor dan konseli dipandang sebagai suatu transaksional (interaksi,
tindakan yang diambil, tanya jawab) dimana masing-masing individu berhubungan
satu sama lain. Transaksi menurut Berne merupakan manivestasi hubungan sosial.
Unsur-unsur Terapi:
Munculnya Gangguan
Analisis
transaksional berakar pada suatu filsafat yang antidetermenistik serta
menekankan bahwa manusia sanggup melampaui pengkondisian dan pemerograman awal.
Disamping itu, analisis transaksional berpijak pada asumsi-asumsi bahwa
orang-orang sanggup memahami putusan-putusan masa lampaunya serta orang-orang
mampu memilih untuk memutuskan ulang. Analsisis transaksional meletakan
kepercayaan pada kesanggupan individu untuk tampil diluar pola-pola kebiasaan
dan menyeleksi tujuan-tujuan dan tingkah laku baru. Meskipun percaya bahwa
manusia memiliki kesanggupan untuk memilih, Berne merasa bahwa hanya sedikit
orang yang sampai pada kesadaran akan perlunya menjadi otonom. “manusia
dilahirkan bebas tetapi satu hal paling pertama yang dipelajari adalah berbuat
sebagaimana diperintahkan dan dia menghabiskan sisia hidupnya dengan bebrbuat
seperti itu. Jadi, penghambaan diri yang pertama dijalani adalah penghambaan
pada orang tua. Dia menuruti perintah-perintah orang tua untuk selamanya, hanya
dalam beberapa keadaan saja memperoleh hak untuk memilih cara-cara sendiri dan
menghibur diri dengan suatu ilusi tentang otonomi.
Tujuan Terapi
Tujuan dasar
analisis transaksional adalah membantu klien dalam membuat putusan-putusan baru
yang menyangkut tingkah lakunya sekarang dan arah hidupnya. Sasarannya adalah
mendorong klien agar menyadari bahwa kebebasan dirinya dalam memilih telah
dibatasi oleh putusan-putusan dini mengenai posisi hidupnya dan oleh pilihan
terhadap cara-cara hidup yang mandul dan deterministik. Inti terapi ini adalah
menggantikan gaya hidup yang ditandai oleh permainan yang manipulatif dan oleh
skenario-skenario hidup yang mengalahkan diri, dengan gaya hidup otonom yang
ditandai oleh spontanitas, dan keakraban.
Peran Terapis
Terapis
membantu klien dalam menemukan kondisi-kondisi masa lampau yang merugikan yang
menyebabkan klien membuat putusan-putusan dini tertentu, memungut
rencana-rencana hidup, dan mengembangkan strategi-strategi yang telah
digunakannya dalam menghadapi orang lain yang sekarang barangkali ingin
dipertimbangkannya. Terapis membantu klien memperoleh kesadaran yang lebih
realitas dan mencari alternatif-alternatif guna menjalani kehidupan yang lebih
otonom.
Tugas terapis adalah menggunakan pengetahuannya untuk menunjang klien dalam
hubungannya dengan suatu kontrak spesifik yang jelas yang diprakarsai oelh
klien. Serta membantu agar klien memperoleh perangkat yang diperlukan bagi
perubahan. Terapis mendorong dan mengajari klien agar lebih mempercayai ego
orang dewasanya sendiri ketimbang ego orang dewasa terapis dalam memeriksa
putusan-putusan lamanya dan dalam membuat putusan-putusan baru.
Teknik-teknik Analisis Transaksional
Prosedur
pada Transaksional Analisis dikombinasikan dengan terapi Gestalt, seperti yang
dikemukakan oleh James dan Jongeward (1971) dalam Corey (1988), dia
menggabungkan konsep dan prosedur Transaksional Analisis dengan eksperimen
Gestalt, dengan kombinasi tersebut hasil yang diperoleh dapat lebih efektif
untuk mencapai kesadaran diri dan otonom. Sedangkan teknik-teknik yang dapat
dipilih dan diterapkan dalam Transaksional Analisis, yaitu:
Analisis struktural, para konseli akan belajar bagaimana
mengenali ketiga perwakilan ego-nya, ini dapat membantu konseli untuk mengubah
pola-pola yang dirasakan dapat menghambat dan membantu konseli untuk menemukan
perwakilan ego yang dianggap sebagai landasan tingkah lakunya, sehingga dapat
melihat pilihan-pilihan.
Metode-metode didaktik, Transaksional Analisis menekankan
pada domain kognitif, prosedur belajar-mengajar menjadi prosedur dasar dalam
terapi ini.
Analisis transaksional, adalah penjabaran dari yang
dilakukan orang-orang terhadap satu sama lain, sesuatu yang terjadi diantara
orang-orang melibatkan suatu transaksi diantara perwakilan ego mereka, dimana
saat pesan disampaikan diharapkan ada respon. Ada tiga tipe transaksi yaitu;
komplementer, menyilang, dan terselubung.
Permainan peran, prosedur-prosedur Transaksional Analisis
dikombinasikan dengan teknik psikodrama dan permainan peran. Dalam terapi
kelompok, situasi permainan peran dapat melibatkan para anggota lain. Seseorang
anggota kelompok memainkan peran sebagai perwakilan ego yang menjadi sumber
masalah bagi anggota lainnya, kemudian dia berbicara pada anggota tersebut.
Bentuk permainan yang lain adalah permainan menonjolkan gaya-gaya yang khas
dari ego orang tua yang konstan.
Analisis upacara, hiburan, dan permainan, Analisis
Transaksional meliputi pengenalan terhadap upacara (ritual), hiburan, dan
permainan yang digunakan dalam menyusun waktunya. Penyusunan waktu adalah bahan
penting bagi diskusi dan pemeriksaan karena merefleksikan keputusan tentang
bagaimana menjalankan transaksi dengan orang lain dan memperoleh perhatian.
Analisa skenario, kekurangan otonomi berhubungan dengan
keterikatan individu pada skenario atau rencana hidup yang ditetapkan pada usia
dini sebagai alat untuk memenuhi kebutuhannya di dunia sebagaimana terlihat
dari titik yang menguntungkan menurut posisi hidupnya. Skenario kehidupan, yang
didasarkan pada serangkaian keputusan dan adaptasi sangat mirip dengan
pementasan sandiwara.
RATIONAL EMOTIVE THERAPY (ELLIS)
Konsep Dasar Pandangan Rational Emotive Therapy Tentang
Kepribadian
Terapi
Emotif Rasional yang dikembangkan oleh Albert Ellis merupakan bagian dari
terapi CBT (cognitive behavioral therapy) lebih banyak kesamaannya dengan
terapi-terapi yang berorientasi kognitif-tingkah laku-tindakan dalam arti
menitik beratkan pada proses berpikir, menilai, memuuskan, menganalisa dan
bertindak. Konsep-konsep Terapi Emotif Rasional membangkitkan sejumlah
pertanyaan yang sebaiknya, seperti: Apakah pada dasarnya psikoterapi merupakan
proses reeduksi? Apakah sebaiknya terapis berfungsi terutama sebagai guru?
Apakah pantas para terapis menggunakan propaganda, persuasi, dan saran-saran
yang sangat direktif? Sampai mana membebaskan keefektifan usaha membebaskan
para klien dari “keyakinan-keyakinan irasional” nya dengan menggunakan logika,
nasihat, informasi, dan penafsiran-penafsiran.
Unsur-unsur Terapi:
Munculnya Gangguan
Terapi
Emotif Rasional adalah aliran psikoterapi yang berlandaskan asumsi bahwa
manusia dilahirkan dengan potensi, baik untuk berpikir rasional dan jujur
maupun untuk berpikir irasional dan jahat. Manusia memiliki
kecenderungan-kecenderungan untuk memelihara diri, berbahagia, berpikir dan
mengatakan, mencintai, bergabung dengan orang lain, serta tumbuh dan
mengaktualkan diri. Akan tetapi manusia juga memiliki
kecenderungan-kecenderungan ke arah menghancurkan diri, menghindari pemikiran,
berlambat-lambat, menyesali kesalahan-kesalahan yang tidak berkesudahan,
takhayul, intoleransi, perfeksionisme dan mencela diri serta menghindari
pertumbuhan dan aktualisasi diri. Manusia pun berkecenderungan untuk terpaku
pada pola-pola tingkah laku lama yang disfungional dan mencari berbagai cara
untuk terlibat dalam sabotase diri.
Terapi
Emotif Rasional (TRE) adalah aliran psikoterapi yang berlandaskan asumsi bahwa
manusia dilahirkan dengan potensi, baik untuk berpikir rasional dan jujur
maupun untuk berpikir irasional dan jahat. Manusia memiliki
kecenderungan-kecenderungan untuk memelihara diri, berbahagia, berpikir dan
mengatakan, mencintai, bergabung dengan orang lain, serta tumbuh dan
mengaktualisasikan diri. Akan tetapi, manusia juga memiliki
kecenderungan-kecenderungan ke arah menghancurkan diri, menghindari pemikiran,
berlambat-lambat, menyesali kesalahan-kesalahan secara tak berkesudahan,
takhayul, intoleransi, perfeksionisme, dan mencela diri, serta menghindari
pertumbuhan dan aktualisasi diri.
Tujuan Terapi
Tujuan utama
dari terapi ini yaitu meminimalkan pandangan yang mengalahkan diri dari klien
dan membantu klien untuk memperoleh filsafat hidup yang lebih realistik. Terapi
ini mendorong suatu reevaluasi filosofis dan ideologis berlandaskan asumsi
bahwa masalah-masalah manusia berakar secara filosofis, dengan demikian Terapi
Emotif Rasional tidak diarahkan semata-mata pada penghapusan gejala (Ellis, 1967),
tetapi untuk mendorong klien agar menguji secara kritis nilai-nilai dirinya
yang paling dasar. Jika masalah yang dihadirkan oleh klien adalah ketakutan
atas kegagalan dalam perkawinan misalnya, maka sasaran yang dituju oleh seorang
terapis bukan hanya pengurangan ketakutan yang spesifik itu, melainkan
penanganan atas rasa takut gagal pada umumnya. Terapi Emotif Rasional (TRE)
bergerak ke seberang penghapusan gejala, dalam arti tujuan utama.
Peran Terapis
Terapis yang
bekerja dalam kerangka TRE fungsinya berbeda dengan kebanyakan terapis yang
lebih konvensional. Karena TRE pada dasarnya adalah suatu proses terapeutik
kognitif dan behavioral yang aktif dan direktif. TRE adalah suatu proses
edukatif, dan tugas utama terapis adalah mengajari klien cara-cara memahami dan
mengubah diri. Terapis terutama menggunakan metodologi yang gencar, sangat
direktif, dan persuasif yang menekankan aspek-aspek kognitif. (Ellis, 1973)
memberikan suatu gambaran tentang apa yang dilakukan oleh terapis TRE sebagai
berikut:
mengajak klien untuk berpikir tentang beberapa gagasan dasar
yang irasional yang telah memotivasi banyak gangguan tingkah laku;
menantang klien untuk menguji gagasan-gagasanya;
menunjukkkan kepada klien ketidaklogisan pemikirannya;
menggunakan suatu analisis logika untuk meminimalkan
keyakinan-keyakinan irasional klien;
menunjukkan bahwa keyakinan-keyakinan itu tidak ada gunanya
dan bagaimana keyakinan akan mengakibatkan gangguan-gangguan emosional dan
tingkah laku di masa depan;
menggunakan absurditas dan humor untuk menghadapi
irasionalitas pikiran klien;
menerangkan bagaimana gagasan-gagasan yang irasional bisa
diganti dengan gagasan-gagasan yang rasional yang memiliki landasan empiris;
mengajari klien bagaimana menerapkan pendekatan ilmiah pada
cara berpikir sehingga klien bisa mengamati dan meminimalkan gagasan-gagasan
yang irasional dan kesimpulan-kesimpulan yang tidak logis sekarang maupun pada
masa yang akan datang, yang telah mengekalkan cara-cara merasa dan berperilaku
yang dapat merusak diri.
Teknik-teknik Rational Emotive Therapy
a. Assertive
adaptive
Teknik yang
digunakan untuk melatih, mendorong, dan membiasakan klien untuk secara
terus-menerus menyesuaikan dirinya dengan tingkah laku yang diinginkan.
Latihan-latihan yang diberikan lebih bersifat pendisiplinan diri klien.
b. Bermain
peran
Teknik untuk
mengekspresikan berbagai jenis perasaan yang menekan (perasaan-perasaan
negatif) melalui suatu suasana yang dikondisikan sedemikian rupa sehingga klien
dapat secara bebas mengungkapkan dirinya sendiri melalui peran tertentu.
c. Imitasi
Teknik untuk
menirukan secara terus menerus suatu model tingkah laku tertentu dengan maksud
menghadapi dan menghilangkan tingkah lakunya sendiri yang negatif.
TERAPI PERILAKU
Konsep Dasar:
Classical Conditioning
Teori
belajar classical conditioning adalah teori pengkondisian atau persyaratan
klasik yaitu sebuah prosedur penciptaan reflek baru dengan cara mendatangkan
stimulus sebelum terjadinya reflek tersebut. Teori ini juga dikenal
dengan nama pavlovianisme. nama ini diberikan berdasarkan nama peletak dasar
aliran ini yaitu Ivan Petrovitch Pavlov (1849- 1936).
Adapun
penelitiannya yang dilakukannya adalah dengan mengoperasi kelenjar ludah anjing
sehingga memungkinkan untuk mengukur dengan teliti air liur yang keluar sebagai
respon. Setelah percobaan diulang berkali-kali, maka ternyata air liur telah
keluar sebelum makanan sampai kemulutnya, yaitu:
a. Pada
waktu melihat piring makanan.
b. Pada
waktu melihat orang yang biasa memberi makanan.
c. Pada
waktu mendengar langkah orang yang memberi makanan.
Jadi makanan
disini merupakan perangsang (stimulus) yang sewajarnya bagi reflek keluarnya
air liur, sedangkan piring, orang, dan suara langkah merupakan stimulus yang
bukan sewajarnya. Terhadap percobaan ini Pavlov mengambil kesimpulan bahwa
signal dapat memainkan peranan yang sangat penting dalam adaptasi hewan
terhadap sekitarnya. Reaksi mengeluarkan air liur karena mengamati pertanda
disebut dengan istilah reflek bersyarat atau conditioned reflek (CR), pertanda
atau signal disebut perangsang bersyarat atau conditioned stimulus (CS),
makanan dsebut perangsang tak bersyarat atau Unconditioned stimulus (US),
sendangkan keluarnya air liur karena makanan disebut reflek tak bersyarat atau
unconditioned reflek (UR).
Operant Conditioning
Dasar dari
pengkondisian operan (operant conditioning) dikemukakan oleh E.L. Thorndike
pada tahun 1911, yakni beberapa waktu sesudah munculnya teori classical
conditioning yang dikemukakan oleh Pavlov.
Konsep Teori Skinner
Skinner
bekerjadengan tiga asumsi dasar, dimana asumsi pertama dan kedua pada dasarnya
menjadi asumsi psikologi pada umumnya, bahkan menjadi merupakan asumsi semua
pendekatan ilmiah.
Tingkah laku itu mengikuti hukum tertentu (behavior
ofl awful). Ilmu adalah usaha untuk menemukan keteraturan, menunjukkan bahwaperistiwa
tertentu berhubungan secara teratur dengan peristiwa lain.
Tingkahlaku dapat diramalkan (behavior can be
predicted). Ilmu bukan hanya menjelaskan, tetapi juga meramalkan.Bukan hanya menangani peristiwa masa lalu
tetapi juga peristiwa yang akandatang.Teori yang
berdaya guna adalah yang memungkinkan dapat dilakukannya prediksimengenai
tingkah laku yang akan datang dan menguji prediksi itu.
Tingkahlaku dapat dikontrol (Behavior can be
controlled). Ilmu dapat melakukkan antisipasi dan menentukan/membentuk(sedikit-banyak)
tingkah laku seseorang. Skinner bukan hanya ingin tahubagaimana terjadinya
tingkah laku, tetapi dia sangat berkeinginan untukmemanipulasinya. Pandangan
ini bertentangan dengan pandangan tradisional yangmenganggap manipulasi sebagai
serangan terhadap kebebasan pribadi. Skinnermemandang tingkah laku sebagai
produk kondisi anteseden tertentu, sedangkanpandangan tradisional berpendapat
tingkah laku merupakan produk perubahan dalamdiri secara spontan.
Skinner
membedakan perilaku atas:
Perilaku alami (innate behavior), yang kemudiandisebut juga
sebagai clasical ataupun respondent behavior, yaitu perilaku yangdiharapkan
timbul oleh stimulus yang jelas ataupun spesifik, perilaku yangbersifat
refleksif.
Perilaku operan (operant behavior), yaitu perilakuyang
ditimbulkan oleh stimulus yang tidak diketahui, namun semata-mataditimbulkan
oleh organisme itu sendiri setelah mendapatkan penguatan.
Skinner
membuatmesin untuk percobaanya dalam Operant Conditioning yang dinamakan dengan
“Skinner Box” dan tikus yang merupakan subjek yang sering digunakandalam
percobaanya.
Modelling
Bandura(1969),
menyatakan bahwa belajar yang bisa diperoleh melalui pengalaman langsung, bisa
juga diperoleh secara tidak langsung dengan mengamati tingkah laku orang lain
berikut konsekuensi-konsekuensinya. Jadi, kecakapan-kecakapan sosial tertentu
bisa diperoleh dengan mengamati dan mencontoh tingkah laku model-model yang
ada. Juga reaksi-reaksi emosional yang terganggu yang dimiliki seseorang bisa
dihapus dengan cara orang itu mengamati orang lain yang mendekati objek-objek
atau situasi-situasi yang ditakuti tanpa mengalami akibat-akibat yang
menakutkan dengan tindakan yang dilakukannya. Pengendalian diri pun bisa
dipelajari melalui pengamatan atas model yang dikenai hukuman. Status dan
kehormatan model amat berarti dan orang-orang pada umumnya dipengaruhi oleh
tingkah laku model-model yang menempati status yang tinggi dan terhormat di
mata mereka sebagai pengamat.
Unsur-unsur Terapi:
Munculnya Gangguan
Terapi
perilaku (Behaviour therapy, behavior modification) adalah pendekatan untuk
psikoterapi yang didasari oleh Teori Belajar (learning theory) yang bertujuan
untuk menyembuhkan psikopatologi seperti; depression, anxiety disorders,
phobias, dengan memakai tehnik yang didisain menguatkan kembali perilaku yang
diinginkan dan menghilangkan perilaku yang tidak diinginkan.
Tujuan Terapi
Mengubah perilaku yang tidak sesuai pada klien
Membantu klien belajar dalam proses pengambilan keputusan
secara lebih efisien.
Mencegah munculnya masalah di kemudian hari.
Memecahkan masalah perilaku khusus yang diminta oleh klien.
Mencapai perubahan perilaku yang dapat dipakai dalam
kegiatan kehidupannya.
Peran Terapis
Terapis
tingkah laku harus memainkan peran aktif dan direktif dalam pemberian
treatment, yakni terapis menerapkan pengetahuan ilmiah pada pencarian pemecahan
masalah-masalah manusia, para kliennya. Terapi tingkah laku secara khas
berfungsi sebagai guru, pengarah, dan ahli dalam mendiagnosis tingkah laku yang
maladaptif dan dalam menentukan prosedur-prosedur penyembuhan yang diharapkan,
mengarah pada tingkahlaku yang baru dan adjustive.
Teknik Terapi Perilaku
Desensitisasi sistematik dipandang sebagai proses
deconditioning atau counterconditioning. Prosedurnya adalah memasukkan suatu
respons yang bertentangan dengan kecemasan, seperti relaksasi. Individu belajar
untuk relaks dalam situasi yang sebelumnya menimbulkan kecemasan.
Flooding adalah prosedur terapi perilaku di mana orang yang
ketakutan memaparkan dirinya sendiri dengan apa yang membuatnya takut, secara
nyata atau khayal, untuk periode waktu yang cukup panjang tanpa kesempatan
meloloskan diri.
Penguatan sistematis (systematic reinforcement) didasarkan
atas prinsip operan, yang disertai pemadaman respons yang tidak diharapkan.
Pengkondisian operan disertai pemberian hadiah untuk respons yang diharapkan
dan tidak memberikan hadiah untuk respons yang tidak diharapkan.
Pemodelan (modeling) yaitu mencontohkan dengan menggunakan
belajar observasionnal. Cara ini sangat efektif untuk mengatasi ketakutan dan
kecemasan, karena memberikan kesempatan kepada klien untuk mengamati orang lain
mengalami situasi penimbul kecemasan tanpa menjadi terluka. Pemodelan lazimnya
disertai dengan pengulangan perilaku dengan permainan simulasi (role-playing).
Regulasi diri melibatkan pemantauan dan pengamatan perilaku
diri sendiri, pengendalian atas kondisi stimulus, dan mengembangkan respons
bertentangan untuk mengubah perilaku maladaptif.
Sumber
:
http://ginaindrianyiskandar.wordpress.com/
el-zahrataufiqy.blogspot.com/2012/04/konsep-teori-pembelajaran-classical.htm